TEGAL- Bank Indonesia menggelar Seminar Nasional dengan tema “Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Pantura Melalui Inovasi dan Investasi” bersama narasumber Kepala Ekonom grup BCA David Sumual, Senin (9/10/17) di ruang pertemuan Diamond, Pesona Hotel.

Kepala Kantor BI Tegal Joni Marsius mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat gaduh mengenai penurunan daya beli masyarakat. Para pengamat ekonomi nasional saling mengemukakan pendapat.

“Mereka mengutip sebagian data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan, selama lebih dari satu tahun terakhir terjadi penurunan pendapatan riil, khususnya masyarakat berpendapatan rendah terutama di perkotaan. Ditambah lagi adanya penutupan beberapa gerai ritel ternama dalam beberapa waktu terakhir ini. Beragam asumsi bermunculan, diantaranya terkait tidak terlalu kuatnya daya beli masyarakat dan pengaruh perdagangan berbasis elektronik (e-commerce),” ucap Joni.

Demikian pula dengan proyeksi pertumbuhan yang dikeluarkan beberapa instansi. Stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat konsumsi masyarakat membuat Bank Dunia (world bank) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi indonesia tahun ini sebesar 5,1 persen (yoy).

Angka itu turun dari ramalan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 5,2 persen. Demikian pula dengan Asian Development Bank (ADB) yang juga menurunkan proyeksi menjadi 5,1 persen. Dari Kementerian Keuangan juga sedikit mengoreksi proyeksi dari 5,2 persen menjadi 5,17 persen.

Indikasi penurunan daya beli pada kelompok menengah kebawah dapat dilihat dari beberapa indikator seperti terlihat dari kenaikan jumlah pekerja informal dari 57,94 persen pada Februari 2015 menjadi 58,35 persen pada Februari 2017.

Penurunan daya beli kelompok ini juga tercermin dari penurunan penjualan sepeda motor dalam tiga tahun terakhir, masing masing minus 15,2 persen pada 2015, minus 7,3 persen pada 2016, dan minus 13,1 persen pada januari-juli 2017.

Ada beberapa indikasi penurunan daya beli juga telah merembet pada kelompok menengah-tengah. Hal ini lantaran gaji pegawai negeri /TNI/Polri tidak naik sejak 2016 dan pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA kepada sekitar 19 juta pelanggan. Namun, kelompok berpendapatan menengah atas sepertinya masih menikmati peningkatan daya beli.

Satu indikatornya terlihat dari kenaikan penjualan mobil dalam dua tahun terakhir, masing masing 4,8 persen pada 2016 dan 4,1 persen pada Januari-Juli 2017. Indikator lainnya adalah peningkatan jumlah penumpang angkutan udara yang mencapai dua digit selama semester 1 2017, masing masing 10,2 persen untuk penumpang angkutan udara domestik dan 13,5 persen untuk penumpang udara internasional.

Disisi lain, BPS mengklaim bahwa tidak ada penurunan daya beli masyarakat Indonesia, meski masyarakat menengah ke atas lebih cenderung menahan pengeluarannya dalam periode April-Juni 2017.

Sementara itu, BI meyakini bahwa daya beli masyarakat Indonesia perlahan kembali pulih. Hal tersebut bisa dilihat dari sejumlah faktor. Salah satunya adalah hasil survei internal yang mengindikasikan pertumbuhan penjualan ritel pada Agustus 2017 yang naik 5 persen. Setelah turun, Juli yaitu minus 3 persen, semuanya positif.

Ada indikasi bahwa kegiatan konsumsi mulai bangkit, peningkatan daya beli bisa dilihat dari sisi pendapatan masyarakat hasil dari survei konsumen. Indikatornya upah riil buruh tani dan buruh bangunan naik, nilai tukar petani kembali naik. Semuanya ke arah pertumbuhan yang positif.

“Secara garis besar, kondisi perekonomian nasional masih cukup baik, dilihat dari laju inflasi yang relatif terjaga dan kondisi nilai tukar rupiah yang stabil,” pungkasnya.