TEGAL  – Terlihat di Ruang Paripurna Gedung DPRD Kota Tegal pada Sabtu (25/3) malam, para sastrawan yang tergabung dalam Negeri Poci 7 ‘’Negeri Awan’’. Dari Negeri Poci adalah sebuah serial buku antologi puisi yang mencoba merekam jejak kepenyairan para penyair Indonesia dari tahun ke tahun secara lintas generasi, lintas gender dan lintas genre. Buku yang mulai terbit mulai tahun 1993 ini hingga sekarang sudah mencapai seri ke-7. Adapun Poci, nama wadah untuk minum teh khas Tegal, digunakan dalam judul tersebut untuk mengingatkan bahwa masyarakat Tegal dikenal sebagai pusatnya minuman teh di Indonesia.

Komunitas Negeri Poci tidak terlepas dari sosok sastrawan angkatan 1966, Piek Ardijanto Soeprijadi, yang pada era 1970-an sudah dikenal luas sebagai penyair yang karyanya dimuat di berbagai media massa nasional. Selain menulis puisi, Piek juga mengulas puisi-puisi para penyair muda yang saat itu tengah semangat-semangatnya berkarya. Mendapatkan respon positif dari seniornya, semangat Adri Darmadji dan kawan-kawan semakin bertambah. Dari komunikasi lewat tulisan itulah, para penyair muda itu akhirnya berhasil menjalin komunikasi secara personal melalui pertemuan-pertemuan secara intens dengan Piek Ardijanto. Dalam hubungan itu, Piek lebih diposisikan sebagai guru yang membimbing, memberikan pengarahan kepada para penyair pemula. Secara berkala, para penyair muda itu bertandang ke rumah Piek di Tegal, hanya untuk menjalin silaturahmi dan belajar puisi. Dari intensnya hubungan selama bertahun-tahun dengan Piek itulah akhirnya muncul gagasan membentuk Komunitas Negeri Poci, dengan menerbitkan antologi puisi dengan judul Dari Negeri Poci.

Dalam kesempatan Malam Peluncuran Antologi Puisi Dari Negeri Poci 7 ‘’Negeri Awan’’ menghadirka para penyair yang karyanya berada di antologi tersebut. Kegiatan peluncuran tersebut menghadirkan pembacaan puisi para penyair dan dihadiri oleh istri alm. Piek Ardijanto Soeprijadi. (S.Mu’min).