TEGAL- Pemerintah Kota Tegal dan Sekolah Tinggi Teknik (STT) PLN sepakat menjalin kerjasama pengelolaan sampah menggunakan metode TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat). Kesepakatan kerjasama antara Pemerintah Kota Tegal dan STT PLN tersebut diwujudkan melalui penandatangan Mou (Nota Kesepahaman) antara Walikota Tegal Drs. HM Nursholeh, M.MPd dan Ketua STT PLN Dr. Ir. Supriadi Legino, MM, MBA yang di Ruang Rapat Lantai I Setda Kota Tegal. Kamis (31/1).

Metode TOSS atau Tempat Olah Sampah Setempat merupakan metode pengolahan sampah dengan menjadikan hasil olahanya sebagai bahan bakar listrik. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan  sampah pada media penampung berupa wadah-wadah bambu yang kemudian di “Peyeumisasi” fermentasi menggunakan bioaktivator berupa senyawa bakteri tertentu. Pemrosesan akan berlangsung sampai sampah menjadi pelet. Pelet ini kemudian dapat dijadikan bahan bakar pengganti minyak/solar maupun campuran batubara yang digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Disampaikan Walikota Tegal bahwa persoalan permasalahan sampah di Kota Tegal memang menjadi krusial. Bahkan Kota Tegal dikatakan Walikota Tegal tidak mendapatkan Piala Adipura karena persoalan sampah. Karena itu jika terealisasi, konsep pengelolaan sampah semacem ini akan membuat sampah di Kota Tegal menjadi ramah lingkungan. Selain itu hasil olahannya juga memiliki nilai ekonomis karena dapat menjadi salah satu alternatif untuk bahan bakar. “Kota Tegal juga bisa berhemat TPA karena tidak ada lagi sampah yang dikirim ke TPA karena langsung diolah di sumber sampahnya,”ucap walikota. Karena itu sebagai tidak lanjutnya, Pemerintah Kota Tegal melakukan penandatangan Mou dengan STT PLN agar harapannya kedepan sampah di Kota Tegal menjadi ramah lingkungan.

Sementara itu, diungkapkan Ketua STT PLN, Supriadi Legino program pengelolaan sampah metode TOSS saat ini yang sudah dilaksanakan di daerah Klungkung Bali. Bahkan di daerah tersebut dikatakan Supriadi pada akhir tahun 2017 sukses menutup TPA nya karena tidak ada lagi sampah yang masuk ke TPA. “Pengelolaan sampah selesai di sumbernya tidak sampai dibawa ke TPA,”tegasnya.  Supriadi juga mengatakan tidak perlu menunggu ratusan juta tahun untuk dapat membuat batubara, dengan konsep ini cukup sepuluh (10) hari bisa menjadi batubara nabati yang bisa jadi bahan bakar alternatif. “Sampah selesai disumbernya, hasilnya dapat menjadi alternatif bagi bahan bakar listrik,”pungkasnya.