TEGAL – Tahu merupakan makanan yang akrab dengan masyarakat Indonesia. Selain murah dan mudah didapatkan, tahu juga memiliki nilai gizi tinggi. Sayang, karena tinggi kandungan protein dan air, makanan ini memiliki masa layak konsumsi yang pendek. Karenanya, banyak pembuat tahu menambahkan pengawet.
Kasus tahu berformalin hingga kini masih banyak ditemui. Zat pengawet ini digunakan agar tahu yang cepat busuk bisa lebih awet. Padahal, proses pembuatan yang higienis dapat membuat tahu tahan lama walaupun tanpa bahan pengawet
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pancasakti (UPS) Tegal bekerja sama dengan Yayasan Damandiri Jakarta menggelar salah satu kegiatan Pemberdayaan Masyarakat (POSDAYA) melalui Pelatihan Pembuatan Tahu Sehat, di MKU Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UPS Tegal.
Kepala LPPM UPS Tegal, Dr. Purwo Susongko, M.Pd. menyampikan pelatihan pembuatan tahu sehat diharapkan akan memberikan wawasan bagi para peserta untuk menjadi pengusaha –pengusaha baru dengan permodalan yang ekonomis dan pentingnya sumber pangan bergizi dan sehat serta aman dan layak dikonsumsi keluarga.
Melalui program ini, kata Dr. Purwo, LPPM UPS TEGAL beserta Yayasan Damandiri ingin mengkampanyekan produksi tahu hemat energi dan ramah lingkungan serta tahu nonformalin. “Tahu juga ingin dikenalkan sebagai produk antipenuaan dini dan penghasil vitamin B-12 terbaik selain yang dihasilkan oleh hewan”, kata Dr. Purwo.
Rektor UPS Tegal, Dr. Burhan Eko Purwanto, M.Hum. menyampaikan, kegiatan pelatihan pembuatan tahu sehat perlu perhatian lebih dari sivitas akademika UPS Tegal untuk mensosialisasikan pembuatan tahu sehat kepada pengusaha-pengusaha tahu. Banyaknya pengusaha yang penambahan formalin karena ketidaktahuan pengrajin. “Banyak produsen skala rumahan tidak tahu akan bahaya formalin, tapi mereka dituduh dan dihukum seperti kriminal,” pungkas Rektor UPS Tegal.
Sementara itu, Ir. Anna Murnijati, selaku narasumber, menjelskan bahwa, proses yang steril akan membuat tahu tahan lama meski tanpa pengawet. Sayangnya, sampai saat ini belum ada alternatif bahan pengawet tahu yang harga dan kemampuannya sebanding formalin.
Kasubdit Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga BPOM RI, Bosar Pardede, mengungkapkan, pengawet yang diperbolehkan seperti asam askorbat dan natrium benzoat pernah diujicobakan pada tahu, namun hasilnya kurang maksimal. “Pengawet lain yaitu glukosa delta laktose (GDL) bisa tahan hingga 40 hari, namun belum food-grade karena belum diujicobakan untuk makanan,”pungkas Bosar Pardede.