TEGAL – Dewasa ini produk olahan ikan yang mengandalkan hasil tangkapan nelayan semakin berkurang. Hal itu terlihat dengan merosotnya produk olahan ikan yang dihasilkan. Selasa (6/2)

Yang biasanya pengolahan setiap hari dapat mengolah lima hingga sepuluh kwintal, kini merosot menjadi sepuluh kilo ikan yang dapat diolah.

Budi Ulam Sari menuturkan tentang merosotnya produk olahan ikan yang dikelola bersama keluarga dan kelompoknya.
“Sebelum Cantrang dilarang, kami bisa mengolah 5-10 kwintal ikan untuk dijadikan berbagai macam olahan. Tetapi setelah Cantrang tidak diperbolehkan semua itu merosot dengan tajam menjadi 10 kg setiap hari,” katanya.

Produk pengolahan ikan tersebut sudah berdiri sejak tahun 2006 dan menjadi barometer di empat wilayah. Karena akan dikembangkan ke beberapa daerah yaitu Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang.
Tetapi semua itu bisa dilakukan ketika kondisi ikan stabil tidak seperti sekarang. Karena pengembangan ke beberapa wilayah tersebut dibutuhkan banyak bahan baku. Terutama berbagai jenis ikan yang digunakan antara lain Ikan Kacangan, Barakuda dan Tunul. Semua jenis ikan tersebut dapat digunakan untuk mengolah berbagai jenis produk ikan. Karena ada delapan produk olahan ikan yang dapat dibuat.

Menurut Budi, untuk saat ini pengolahan ikan dilakukan dengan seadanya, disesuaikan dengan bahan baku. Sehingga produk yang dihasilkan juga apa adanya. Karena kesulitan dalam mencari ikan tangkapan dari nelayan.

Ketika bahan baku mulai banyak maka secara otomatis produk olahan ikan juga berkembang. Sehingga berbagai produk ikan yang diolah tanpa menggunakan micin tersebut bisa diminati banyak orang dan sampai ke beberapa pasar yang ada di Kota Tegal. Selain pembeli datang sendiri, produk juga diedarkan ke berbagai pasar dan melalui online.