TEGAL – ‘’Beberapa bulan yang lalu api melahap seluruh penjuru negeri. Apakah kestabilan sedang menunjukan batang hidungnya?. Atau barangkali rakyat Suatempa sedang meratapi peraduan suaranya yang dilenyapkan? Benar, Benih-benih perjuangan itu kemudian dilumpuhkan. Darah mengalir deras, pesakitan merangsek memutus simpul saraf. Jangan-jangan ada dua tangan besar beserta seluruh mata-matanya menyetir dari balik kemudi.Negeri Suatempa hendak dibawa kemana?’’. Demikianlah sedikit situasi dari negeri Suatempan dari naskah karya Dini Wicaksani. Negeri Suatempa adalah lakon yang dibawakan oleh Teater SiAnak Universitas Jendaral Soedirman Purwokerto pada hari Senin  (22/5) pukul. 20.00 WIB di Lapangan Olahraga Universitas Pancasakti Tegal. Pementasan yang karya dan sutradara Dini Wicaksani. Pementasan yang dihadiri oleh mahasiswa Tegal dan luar daerah tersebut merupakan program pementasan keliling Teater SiAnak Unsoed Purwokerto dengan titik pementasan di Purwokerto, Tasikmalaya dan Tegal yang bekerja sama dengan Teater Akar FKIP UPS Tegal.

Negeri Suatempa merupakan naskah yang menceritakan suatu negeri yang bernama Suatempa dengan pimpinan seorang penguasa bernama Dharma. Dharma merupakan tokoh yang berkuasa dan angkuh terhadap negerinya, teror demi teror dibentuk agar masyarakatnya menjadi susah, apalagi kebakaran yang ditimbul di negeri tersebut merupakan rangkain dari teror sang penguasa untuk merebut tanah penghuni negeri Suatempa, terlebih tanah milik Gutala. Gutala dengan sebutan manusia tanah yang kepalanya ditumbuhi pohon sangatlah kecewa dan tertintas atas kebakaran yang menimpa dan membuat tanah nenek moyangnya dikuasai Dharma. Gutala pun menghilang dan bertemu dengan kawannya, ia adalah Amerta. Amertalah yang menolong Gutala kala kehausan yang melanda diri Gutala. Tebing yang curam saksi pertemuan mereka berdua. Setelah sekian lama bersembunyi di tebing curam kini Amerta menemukan kawannya. Mereka bercerita tentang kekejaman Dharma. Begitu pula apa yang dialami Gutala, ia menceritakan semua kejadian pada dirinya kepada sang kawan Amerta. Ajakan untuk melawan Sang Penguasah pun muncul dari mulut Gutala, bahwa kekuasaan Dharma tidak dapat dilawan dengan satu kekuatan saja, namun harus menggabungka kekuatan diantarnya keduanya. Janji untuk kembali dan menumpas Dharma disampaikan oleh Gutala. Kepergian Gutala merupakan penantian bagi Amerta dimana janji untuk bersama menumpas Dharma sudah mereka rencakan. Hadirlah sesosok perempuan yang membaur dalam saturaga, ia Penjual Saur dan Penjual Ikan. Kehadiran penjual sayur dan ikan membuat hati Amerta yakin akan kekuatannya, karena keduanya memberikan bekal kepada Amerta berbentuk bamboo runcing dan bubuk cabai untuk melawan Dharma,terutama titik kelemahan Dharma diungkap oleh keduanya.

Dalam tidurnya Amerta, ia dipertemukan dengan Bavana, sebuah patuh berwarna putih sebagai simbol kekuasaan Dharma. Bavana mengungkapkan dalam mimpi itu tentang Dharma yang memperdayakan dirinya, hingga sang pencipta patung tersebut dilibas mati oleh Dharma.

Dharma pun hadir ketika mimpi itu hilang dari kepala Amerta, alih-alih berdebat pangjang dengan Dharma, nampak bamboo runcing menembus perut Amerta, lantaran tikaman Dharma. Dharma pun kabur dengan hati yang angkuh atas keberhasilannya membunuh Amerta.

Kematian Amerta nampak memberikan kesedihan bagi Gutala dan Penjual Sayur dan Penjual Ikan. Mereka nampak sedih atas kematian Amerta. Dan perjuangan Amerta nampak akan diteruskan oleh Gutala.

Demikian kisah dari lakon Negeri Suatempa. Syarat dengan simbol-simbol kekuasaan pada saat ini. Keresahan yang dihadirkan dalam naskah tersebut merupakan hasil riset dan pengembangan isu-isu yang sedang hangat-hangatnya. Sutradara memberikan kebebasan kepada apresiator seni tentang capaian yang didapatkan dari pementasan tersebut.

Dini Wicaksani menyampaikan ucapkan terimakasih kepada penyedia tempat pementasan. ‘’Saya ucapakan terimaksih banyak kepada apresiator seni, kepada teater Akar FKIP UPS Tegal yang sudi memberikan tempat untuk pementasan kami, semoga kerjasama ini dapat berlanjut dan tali persaudaraan terus terjaga’’, tutur Dini.

Seperti biasa, usai pementasan tersebut diadakan sesi diskusi dengan pemain, tim produksi dan sutradara. Kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan lancar. (S.Mu’min).