KOTA TEGAL – Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono bersama Sekretaris Daerah Kota Tegal, Agus Dwi Sulistyantono, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kota Tegal, Ir. Cucuk Daryanto dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Lingkungan Pemerintah Kota Tegal mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri secara daring di Command Room Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tegal, Selasa (4/3/2025).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam paparannya menyampaikan bahwa secara umum pada bulan februari 2025 secara month to month (m-to-m) mengalami deflasi sebesar -0,48 persen. Angka deflasi tersebut dikontribusikan oleh kelompok makanan minuman dan tembakau yang mengalamai deflasi sebesar -0,40 persen dengan andil sebesar -0,12 persen.
Selain itu kata Amalia, untuk kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga juga turut menyumbang deflasi yang dikontribusikan oleh penyesuaian tarif listrik karena ada diskon 50 persen dari pemerintah dan penyesuaian tarif air yang mengalami inflasi. Sehingga deflasi dari kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar -3,59 persen dengan andil sebesar 0,52 persen.
Selain kelompok tersebut diatas yang mengalami deflasi, Kepala BPS juga menyebut ada beberapa kelompok komponen yang mengalami inflasi diantaranya adalah transportasi dan perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Beberapa komponen mengalami inflasi seperti transportasi karena ada penyesuaian harga BBM non subsidi, lalu komponen perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalamai inflasi 1,29 persen yang andilnya 0,09 persen ini mayoritas karena adanya peningkatan harga emas ,perhiasan dan harga kopi bubuk,” ujar Amalia.
Dalam paparannya Amalia juga menyampaikan tingkat inflasi pada bulan februari 2025 secara m-to-m menurut tiga komponen yaitu komponen inti, harga diatur pemerintah dan harga bergejolak.
Untuk komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,25 persen dan memberikan andil inflasi positif sebesar 0,16 persen. Komoditas dominan yang memberi andil yaitu emas, perhiasan, kopi bubuk dan mobil.
Untuk komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebsar 2,65 persen dengan andil deflasi sebesar 0,48 persen. Komoditas dominan yang memberi andil yaitu tarif listrik.
Sedangkan untuk komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,93 persen dengan andil deflasi sebesar 0,16 persen. Komoditas dominan yang memberi andil yaitu daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat dan telur ayam ras.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian dalam arahannya memberi target untuk range inflasi diangka 1,5-3,5 persen.
“Saya mohon dnengan segala hormat kita mentarget range inflasi diangka 1,5 – 3,5 persen itu angka yang menyenangkan produsen maupun konsumen,” ujar Tito.
Tito juga mengingatkan berdasarkan berbagai survei yang ada, menyatakan bahwa isu yang menjadi nomor satu bagi masyarakat Indonesia adalah isu mengenai biaya hidup atau harga barang dan jasa .
Oleh karena itu Tito meminta seluruh pihak untuk serius dalam mengendalikan harga barang jasa yang merupakan bagian dari biaya hidup.(*)