Brebes – Buku Gejolak Revolusi Di Tegal 1945 – 1949 karya Wijanarto yang telah di Uji Petik oleh pakar sejarah, Kamis (10/1) siang berlangsung menarik. Karena buku tersebut mencatat beberapa kejadian revolusi pada tahun 1945-1949 di Tegal, Brebes, Pemalang.
Wijanarto yang merupakan seorang budayawan kelahiran Tegal, 27 Agustus 1971 itu mampu melihat sisi-sisi lain tentang gejolak revolusi ditahun tersebut. Ada sisi menarik yang membuat Wijanarto menuliskan peristiwa itu dalam bukunya, yakni beberapa peristiwa saat VOC sampai kedudukan Jepang di wilayah pesisir. ‘’Wilayah pesisir adalah wilayah yang strategis, termasuk Tegal. Ini kelanjutan saya secara kasar ketika saya menulis tesis tentang ‘’Riwayat Sarekat Ra’jat Tegal 1923-1926’’, ternyata alumni-alumni Sarekat Ra’jat dan alumni Degulis memiliki peran penting dalam revolusi 1945 ditambah dengan kekuatan pemuda,’’ ujarnya.
Kemudian, alasan yang ke 2 alasan dalam penyusunan buku tersebut, karena minimnya data, arsip tetang sejarah revolusi 45, termasuk sejarah pendudukan Jepang di daerah-daerah. ‘’Kita melihat historisgrafi penulisan sejarah 45 sangat minim dengan data kearsipan,’’ tuturnya.
Hal lain yang menarik bagi Wijarto adalah sebuah peristiwa sejarah, dalam hal ini peristiwa lokal tidak kalah penting dengan peristiwa sejarah yang dianggap prespektif nasioanal.
‘’Peristiwa sejarah lokal tidak kalah penting dengan peristiwa sejarah nasional, sehingga saya berharap Teman guru mendediksikan kepada muridnya peristiwa lokal juga menjadi bagian penting dari revolusi nasioanl,’’ tambah Wijanarto.
Yono Daryono menyampaikan, bahwa revolusi tiga daerah tersebut mampu menarik seorang Anton Lucas untuk meneliti lebih dalam tentang peristiwa tesebut, bagaimana Anton Lucas selama 6 tahun melakukan penelitan peristiwa yang lebih dikenal degan peristiwa tiga daerah.
‘’Dalam buku ini saya melihat ada beberapa yang belum ditulis terkait gejolak peristiwa pada tahun 1945 hingga 1949. Ada yang belum diceritakan oleh Wijarto dibuku ini, terutama tentang kisah Kutil. Wijanarto tidak menuliskan peristiwa hukuman mati seorang Kutil, ada pula tokoh yang belum tercatat adalah Mr. Besar Martokoesoemo, ‘’ tuturnya.
Yono Daryono juga menyampaikan bahwa apa yang di tulis oleh Wijanarto dalam bukunya tersebut merupakan literature yang cukup bisa memberikan wawasan luas bagi kita, bahwa sejarah tidak hanya mencatat masa lalu, sejarah adalah masa kini yang bisa menjadi peradaban kedepan.
Dr. Dhanang Respatih Puguh dari Fakultas Ilmu Budaya Sejarah Universitas Diponegoro Semarang menyampaiakan bahwa tulisan Anton Lucas merupakan sumbangan besar, ia merekontruksi sejarah peristiwa tiga daerah secara lengkap berdasarkan sumber lisan. ‘’Lucas secara mendalam, mampu mewawancarai informan, narasumber sekitar seratusan, ini hal yang luar biasa. Sedangkan saat ini Wijarto meliahat sisi lain dari peristiwa itu, sisi lain itu dimasuki oleh Wijanarto dan akhirnya terbentuklah buku ini, yang pada saat ini kita sama-sama uji petikan, ‘’ tuturnya.
‘’Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Wijanarto, sumber primer dalam bentuk foto, wawancara, video dan riset ini telah dilakukan oleh Wijarto, walaupun ada beberapa sumber yang tidak tercantumkan namanya seperti informan, Ada beberapa catatan, terutama metedologis pada bab satu terkait sejarah struktural yang belum muncul dibuku ini,’’ papar Dhanang.
Setelah uji petik buku Gejolak Revolusi di Tegal tahun 1945-1949 yang merupakan hasil penelitian fasilitasi komunitas Kesejarahan tahun 2018 maka buku tersebut akan diterbitakan oleh Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.